Raja Arthur ialah raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Ia tinggal di Camelot dan memiliki pedang mistik Excalibur.
Beberapa orang berpendapat Raja Arthur hidup pada akhir abad ke-5 sampai awal abad ke-6. Ia mungkin seorang raja maupun pemimpin bangsa Keltik di pulau Britania. Kemudian kisahnya berkembang dengan cerita-cerita tambahan seperti tukang sihir Merlin atau ksatria Sir Lancelot.
Banyak buku yang telah ditulis tentangnya. Salah satu yang terkenal ditulis oleh Sir Thomas Malory.
Kisah raja Arthur dituturkan pertama kalinya dalam dongeng Wales kuno. Tetapi nampaknya ceritanya banyak dipengaruhi budaya Celtic. Anehnya nama Arthur sendiri bukanlah nama yang lumrah di telinga bangsa Wales. Nama ini sebenarnya berasal dari kata Art yang dalam bahasa Celtic berarti beruang. Nama itu berasal dari nama dewa beruang, Artio. Ia juga dipercaya sebagai manusia keturunan dewa dan beruang.
Dalam tradisi Wales, nama Arthur pernah disebutkan dalam Syair Pa Gur Yv Porthair. Penggalan syair itu menceritakan pertempuran Arthur melawan werewolf (serigala jadi-jadian). Nama Arthur pertama kali muncul dalam puisi Y Gododdin yang berasal dari abad ke-7. Dalam puisi karya Aneirin ini, nama Arthur tidak banyak disinggung. Aneirin hanya menyebutkan Arthur sebagai orang perkasa yang “tidak dapat dibandingkan kehebatannya”. Kisah lainnya terdapat dalam Culhwch and Olwen dan Dream of Rhonabwy dari abad ke-11. tetapi mungkin sumbernya lebih tua lagi umurnya.
Di luar tradisi Wales, nama Arthur dikenal pertama kali dalam De Excidio Britanniae karangan St. Gildas, seorang pendeta dari Inggris Utara pada pertengahan abad ke-6. Tetapi karangan ini lebih banyak menuturkan masa akhir kekuasaan Romawi di Inggris dan lahirnya raja-raja baru. Gildas lebih banyak membicarakan Ambrosius Aurelianus dan pertempuran di Badon. Ia hanya sedikit menceritakan sekelumit cerita tentang Arthur. Menurutnya, Arthur adalah pemimpin Wales yang menyunting Guinevere, seorang putri dari negara Selatan. Pasangan ini tidak mempunyai anak. Arthur akhirnya gugur dalam pertempuran. Saat itu belum muncul nama-nama seperti Merlin, Morgana le Fay atau pun Launcelot, yang nyaris tidak dapat dipisahkan dari kisah Arthur klasik.
Nennius dari Bangor Fawr (Gwynedd) menceritakan 12 pertempuran Arthur melawan bangsa Saxon dan Kelt. Pertempuran yang paling sengit adalah pertempuran yang berlangsung di Badon. Kisah-kisah ini termuat dalam buku Historia Brittonium dari abad ke-9. Tetapi nampaknya Nennius bukanlah penggubah aslinya. Ia hanya menerjemahkan naskah kuno Wales ke dalam Bahasa Latin. Arthur dikisahkan lebih lengkap dalam Annales Cambriae. Buku yang mungkin menceritakan rentang sejarah dari tahun 447 sampai 957, ini menceritakan banyak kejadian penting kehidupan Raja Arthur. Dua kejadian yang paling penting yang diceritakannya adalah pertempuran Badon yang menewaskan 900 orang Anglo Saxon dan kematian Arthur dan Medrout (Mordred) di Camlann. Menurut Nennius, Arthur bukanlah seorang raja, melainkan tidak lebih dari seorang dux bebellorum atau panglima perang yang bekerja untuk Raja Britania saat mengusir Bangsa Saxon.
Sulit membayangkan Arthur sebagai tokoh sejarah. Kisah hidupnya terlalu banyak dibumbui hal-hal gaib dan mistik. Dalam versi aslinya yang memang berbentuk legenda, Arthur digambarkan sebagai pemimpin kelompok pahlawan super. Tempat tinggalnya dipenuhi makluk-makluk aneh, raksasa dan berbagai keajaiban, dan terletak di bagian paling liar dari daratan (menurut kisah Cai and Bedwyr). Arthur juga dilukiskan sebagai pelindung negerinya, pembunuh raksasa dan penyihir, pemburu binatang buas seperti babi hutan raksasa, unicorn, kucing buas, naga terbang dan pembebas tawanan. Setelah kematiannya di Camlann, Arthur juga dipercaya akan hidup kembali dari Pulau Avalon.
Meskipun banyak yang menganggap Arthur hanya tokoh rekaan, masih banyak juga yang percaya tokoh ini benar-benar pernah hidup. Golongan terakhir ini yakin Arthur hidup pada masa berakhirnya penjajahan Romawi di Inggris, pada sekitar abad ke-5 sampai 6 Masehi. Tapi siapakah Arthur yang sebenarnya? Sampai saat ini tidak diketahui secara pasti. Tetapi banyak tokoh sejarah yang mungkin merupakan Arthur yang sesungguhnya. Tokoh yang sering disebut-sebut sebagai Arthur adalah Lucius Artorius Castus. Castus adalah komandan pasukan Romawi dari Sarmatian. Ia pernah memimpin pemadaman pemberontakan di Gaul (Perancis). Nama tengahnya, Artorius, mungkin kemudian dipakai sebagai nama gelar bagi para pahlawan abad ke-5 Masehi. Dari sinilah legenda Raja Arthur dimulai.
Kandidat kedua adalah Riothamus, pahlawan pertempuran Deols di Poitou. Menurut sejarawan Geoffrey Asshe, seorang sejarawan yang banyak meneliti naskah kuno tentang Arthur, panglima perang Romawi ini memang dikenal gagah berani. Lalu apa hubungannya dengan nama Arthur? Namanya sama sekali tidak mirip dengan Arthur. Ternyata Arthur adalah nama baptisnya. Sayangnya, nasibnya berakhir tragis saat menumpas pemberontakan bangsa Visigoth di Burgundy pada tahun 470. Padahal dalam babad klasiknya, Arthur gugur di Camlann pada tahun 539. Mungkin legenda Arthur bermula dari kisah kepahlawananya. Kemungkinan lainnya, setelah Riothamus gugur, kesatuan miliknya yang bernama Artorius tetap hidup dan merekrut anggota baru. Pasukan ini bertempur di Badon dan akhirnya jatuh akibat konflik internal di Camlann. Tokoh lainnya yang dapat dianggap sebagai Raja Arthur adalah Kaisar Maximus atau Maxen Wladig dari Spanyol. Konon ia pernah menaklukkan Romawi sebelum akhirnya tertangkap dan dieksekusi oleh Kaisar Romawi.
Menelusuri sejarah Arthur dari kesamaan namanya saja bisa menimbulkan kesulitan tersendiri. Maklumlah, saat itu di daratan Britania banyak raja yang namanya mirip-mirip dengan nama Arthur. Ambil contoh saja Raja Arthwys dari Pennine, Raja Arthwyr dari Dyfed, Raja Anwn dari Glamorgan dan Raja Artwys dari Glywyssing dan Gwent. Mungkin salah satu diantara nama-nama itu adalah Arthur yang asli. Tetapi mungkin juga tidak ada satu pun yang merupakan Arthur yang sesungguhnya.
Ada lagi teori yang diajukan untuk menjelaskan asal usul legenda Arthur. Salah teori tersebut menyebutkan bahwa mungkin saja asal muasal cerita ini berasal dari legenda Scytia. Budaya Scytia masuk ke Inggris pada abad ke-2 saat sekelompok pasukan dari Sarmatia (kaum Scytia) dibawa masuk oleh Arturius Castus (salah satu kandidat Arthur asli) ke Inggris Utara. Orang-orang Scytia adalah orang-orang nomaden dari Eurasia. Kisah Arthur serupa dengan legenda Bartraz dari Scytia. Kisah-kisah pedang Excalibur, pencarian cawan suci dan kembalinya pedang Excalibur ke dalam danau, juga banyak ditemukan dalam kisah-kisah kaum Scytia.
Bila Arthur benar-benar ada, bagaimana di mana peninggalannya? Banyak reruntuhan yang disebut-sebut sebagai peninggalan masa Arthur. Arthur selalu dihubungkan dengan berbagai tempat di Inggris bagian Selatan. Berbagai lokasi seperti benteng Tintagel, Cadbury, Glastonbury dan hingga Stonehenge dianggap sebagai peninggalan Raja Arthur. Sayangnya bukti-bukti sejarah tidak mendukung teori ini. Lantas di mana Camelot yang sebenarnya? Kalau ditilik dari sejarah masa itu, mungkin saja Camelot bukanlah nama sebuah negara atau kota sepereti yang diyakini sebagian besar orang saat ini. Mengingat orang-orang Arthur adalah bangsa pengembara yang selalu berpindah-pindah, Camelot bisa saja merupakan kelompok karavan masyarakat nomaden ini atau bahkan mungkin nama sebuah kelompok masyarakat.
Menyingkap sisi sejarah Arthur melalui penggalian peninggalan-peninggalan kuno memang sangat sulit. Bangunan yang umum pada zaman Arthur sebagian besar dibuat dari kayu. Sayangnya kayu mudah sekali membusuk sehingga nyaris tidak mungkin ditemukan lagi sisanya. Penggalian makam juga bukan alternatif yang baik. Saat itu Inggris sudah dikristenkan sehingga kebiasaan menguburkan mayat dengan peti besar dan menaruh berbagai peralatan di dalamnya sudah ditinggalkan. Kebiasaan itu digantikan dengan penguburan dengan membuat lobang dangkal yang kemudian ditutupi tumpukan batu (dikenal sebagai cairn). Sialnya lagi, Inggris bagian Utara didominasi daerah berawa-rawa. Jika banjir datang, peninggalan yang terpendam di dalam lapisan tanah akan hanyut dan hancur. Alternatif yang masih ada mungkin meneliti benteng-benteng dari batu atau mempelajari naskah-naskah kuno.
Pengaruh Perancis
Orang yang paling banyak mempengaruhi cerita klasik Raja Arthur seperti yang kita kenal saat ini adalah Geoffrey of Monmouth. Dalam buku History of The Kings of Britain yang ditulisnya pada tahun 1139, Geoffrey menceritakan kembali dongeng raja Arthur dengan lebih detail. Sebenarnya buku ini dimaksudkan sebagai buku sejarah. Sayangnya banyak informasi sejarah yang dicampur aduk dengan legenda dan mistik. Bagian awal buku ini menceritakan mitologi Celtic dan kisah dewa-dewanya. Bagian selanjutnya menceritakan raja-raja pertama Celtic seperti Bladud, Leir, Belenus, Brennius dan lain-lain. Lalu secara tiba-tiba Geoffrey menuturkan sejarah yang sesungguhnya, dimulai dari invasi Julius Caesar ke Kepulauan Inggris pada tahun 55 SM hingga kejayaan Raja Arthur. Geoffrey of Monmoth meneruskan tradisi Arthur kaum Wales dengan menambahkan beberapa tokoh baru. Banyak tokoh penting dalam kisah raja Arthur dan ksatria meja bundar yang kita kenal sekarang ternyata dicomot dari beberapa dongeng kuno yang berbeda dan dipasangkan dalam cerita Arthur dan kstaria meja bundar. Ambil contoh saja tokoh Merlin yang sebenarnya berasal dari legenda Myrddin, seorang liar yang hidup di hutan Caledonia atau Lancelot du Lac dari dongeng Celtic, Lady of the Lake (peri danau). Maka jadilah kisah Arthur yang amburadul dan semakin jauh dari aslinya. Sialnya justru kisah gado-gado inilah yang saat ini banyak dikenal orang.
No comments:
Post a Comment